Diberdayakan oleh Blogger.

Translate This Page

RSS

Sekecil Kepedulian Anak Ingusan


Bahkan aku tidak kenal dengan seorang Ibu -bahkan bisa disebut Nenek- yang usianya sudah lumayan matang itu.
Namun, entah mengapa aku begitu terenyuh ketika melihatnya saat aku melewati pintu masuk minimarket yang ada di daerah tempat tinggal ku.

Ya, aku sedang membicarakan seorang pengemis tua. Pengemis yang hanya bisa duduk di sekitar pintu masuk mini market itu. Berharap orang-orang yang berlalu lalang membelanjakan uangnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, menyisihkan sepeser uang receh untuk menjatuhkannya pada mangkuk yang mengadah dihadapannya. Yap! Fungsi mangkuk itu jelas untuk menerima lemparan uang receh yang dilemparkan seseorang yang berlalu lalang untuknya. 

Kemampuannya mungkin hanya bisa duduk dan  mengadahkan mangkuknya. Mungkin saja. Karena mengingat usianya yang sudah renta dan tidak lagi mampu mengerjakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga dia terpaksa menjadi pengemis yang duduk di sekitar pintu masuk sebuah mini market, melawan rasa lapar dan dahaga. Demi mencari sesuap nasi.

Jika dilihat dari penampilan, aku tidak usah membicarakannya. Mungkin kalian sendiri bisa membayangkan bagaimana penampilan para pengemis tua yang berada diluaran.

Tetapi ada yang berbeda jika kalian melihat seorang Nenek tua itu, ada sesuatu yang janggal berada pada wajahnya. Tepatnya pada mata kirinya.
Mata kirinya begitu menonjol keluar. yang saya kira itu adalah tumor yang tumbuh pada matanya.

Bukan aku sok perhatian, sok dermawan atau apapun itu. Namun ada sedikit hati nurani ku yang merasakan miris pada seorang Nenek tua itu.
Sungguh, aku sangat tidak tega melihatnya. Kemana keluarganya? Dimana anak dan cucunya? Dimana rasa kasian mereka? Rasa kepedulian mereka?
Dimana rasa kemanusiaan mereka? Dimana?
Apakah mereka tidak tahu keberadaan seorang Ibu atau Neneknya yang bersusah payah melawan dunia?
Apa mereka terlalu malu mengakui bahwa itu adalah salah satu anggota keluarganya?

Ada sedikit hati nurani ku tergerak untuk membantunya. Membantu menyembuhkan penyakit yang ada diwajahnya.
Namun, siapa aku? Apa yang bisa aku perbuat? Aku hanya anak kecil ingusan yang tidak bisa melakukan apa-apa.
Jika ada terselip uang receh sisa kembalian ketika ku berbelanja di minimarket tersebut, aku hanya bisa menjatuhkan uang receh pada mangkuk yang ada dihadapannya.
Aku tau, Tuhan punya rencana lain untuk menyelamatkan umatnya. Termasuk mengangkat penyakit dari tubuh seseorang. Dan itupun yang aku percaya dan aku harapkan.
Serta membantu memanjaatkan doa pada Yang Maha Kuasa, agar Nenek itu bisa sembuh dari penyakitnya. Aamiin…
Sebagai anak kecil ingusan yang tidak bisa melakukan apa-apa. Hanya itu. Hanya itulah yang bisa ku lakukan.
Meskipun hal yang bisa kulakukan terhadap Nenek itu terlihat sepele, bukankah sebuah do’a adalah senjata yang paling mujarab?

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Labuan, 12 Juli 2014
Nida Ayuningtyas

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar