Bahkan aku tidak
kenal dengan seorang Ibu -bahkan bisa disebut Nenek- yang usianya sudah lumayan
matang itu.
Namun, entah mengapa
aku begitu terenyuh ketika melihatnya saat aku melewati pintu masuk minimarket
yang ada di daerah tempat tinggal ku.
Ya, aku sedang membicarakan seorang
pengemis tua. Pengemis yang hanya bisa duduk di sekitar pintu masuk mini market
itu. Berharap orang-orang yang berlalu lalang membelanjakan uangnya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, menyisihkan sepeser uang receh untuk menjatuhkannya
pada mangkuk yang mengadah dihadapannya. Yap! Fungsi mangkuk itu jelas untuk
menerima lemparan uang receh yang dilemparkan seseorang yang berlalu lalang
untuknya.
Kemampuannya mungkin hanya bisa duduk
dan mengadahkan mangkuknya. Mungkin saja. Karena mengingat usianya yang
sudah renta dan tidak lagi mampu mengerjakan sesuatu yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sehingga dia terpaksa menjadi pengemis yang duduk di
sekitar pintu masuk sebuah mini market, melawan rasa lapar dan dahaga. Demi
mencari sesuap nasi.
Jika dilihat dari penampilan, aku tidak
usah membicarakannya. Mungkin kalian sendiri bisa membayangkan bagaimana
penampilan para pengemis tua yang berada diluaran.
Tetapi ada yang berbeda jika kalian
melihat seorang Nenek tua itu, ada sesuatu yang janggal berada pada wajahnya.
Tepatnya pada mata kirinya.
Mata kirinya begitu menonjol keluar.
yang saya kira itu adalah tumor yang tumbuh pada matanya.
Bukan aku sok perhatian, sok dermawan
atau apapun itu. Namun ada sedikit hati nurani ku yang merasakan miris pada seorang
Nenek tua itu.
Sungguh, aku sangat tidak tega
melihatnya. Kemana keluarganya? Dimana anak dan cucunya? Dimana rasa kasian
mereka? Rasa kepedulian mereka?
Dimana rasa kemanusiaan mereka? Dimana?
Apakah mereka tidak tahu keberadaan
seorang Ibu atau Neneknya yang bersusah payah melawan dunia?
Apa mereka terlalu malu mengakui bahwa
itu adalah salah satu anggota keluarganya?
Ada sedikit hati nurani ku tergerak
untuk membantunya. Membantu menyembuhkan penyakit yang ada diwajahnya.
Namun, siapa aku? Apa yang bisa aku
perbuat? Aku hanya anak kecil ingusan yang tidak bisa melakukan apa-apa.
Jika ada terselip uang receh sisa
kembalian ketika ku berbelanja di minimarket tersebut, aku hanya bisa
menjatuhkan uang receh pada mangkuk yang ada dihadapannya.
Aku tau, Tuhan punya rencana lain untuk
menyelamatkan umatnya. Termasuk mengangkat penyakit dari tubuh seseorang. Dan
itupun yang aku percaya dan aku harapkan.
Serta membantu memanjaatkan doa pada
Yang Maha Kuasa, agar Nenek itu bisa sembuh dari penyakitnya. Aamiin…
Sebagai anak kecil ingusan yang tidak
bisa melakukan apa-apa. Hanya itu. Hanya itulah yang bisa ku lakukan.
Meskipun hal yang bisa kulakukan
terhadap Nenek itu terlihat sepele, bukankah sebuah do’a adalah senjata yang
paling mujarab?
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Labuan, 12 Juli 2014
Nida Ayuningtyas
0 komentar:
Posting Komentar